Pandangan Hidup
A. Pengertian pandangan hidup
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasaikan asalnya yaitu teidiri dari 2 macam :
Pandangan hidup pada dasamya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita - cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau peijuangan adalah keija keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasaikan asalnya yaitu teidiri dari 2 macam :
- Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
- Pandangan hidup yang bempa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
Pandangan hidup pada dasamya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita - cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau peijuangan adalah keija keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
B. Pengertian Cita - Cita
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum
mungkin teipenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Disini persyaratan
dan kemampuan tidak/belum dipenuhi sehinga usaha untuk mewujudkan cita-cita itu
tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita ingin menjadi
dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin beipikir baik, sehingga tidak punya
kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu bam dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita
dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu.
Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu bergantung dari
tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; kedua, kondisi
yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa
tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor manusia yang
mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yag tidak
berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal
demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi
sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan
kemampuannya sendiri.Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin
mencapai apa yang di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan
dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita
merupakan suatu peijuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya
puas.
C. Pengertian Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan
yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika.
Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya
manusia itu baik, mahluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia
cenderung berbuat baik
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang
terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah bila manusia meninggal.
Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri
sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya. Justru karena itu,
karena mementingkan diri sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan mahluk sosial: manusia hidup
bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai
sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci,
saling merugikan, dan sebagainya.
Manusia sebagai mahluk Tuhan, diciptakan Tuhan
dan dapat berekembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan
jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitamya seperti tanah, air,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus
melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi, manusia sebagai
anggota masyarakat, dan manusia sebagai mahluk Tuhan.
Sebagai mahluk pribadi, manusia dapat menentukan
sendiri apa yang baik dan apa yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara
hati. Suara hati adalah semacam bisikan di dal am hati yang mendesak seseorang,
untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau
tingkah laku. Jadi suara hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab
itu, nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya
orang tahu, bahwa membunuh itu buruk, jahat: suara hatinya mengatakan demikian,
namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara hatinya.
Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu
ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karena itu,
kalau seseoraang berbuat sesuatu sesuai dengan bisikan suara hatinya, maka
orang tersebut perbuatannya pasti baik. Jadi berbuat atau bertindak menumt
suara hati, maka tindakan atau perbuatan itu adalah baik. Sebaliknya perbuatan
atau tindakan berlawanan dengan suara hati kita, maka perbuatan atau tindakan
itu buruk. Misalnya, suara hati kita mengatakan “tolonglah orang yang menderita
itu“, dan kita berbuat menolongnya, maka kita membuat kebajikan. Sebaliknya,
apabila hati kita berkata demikian, namun kita hanya seolah-olah tak
mendengarkan suara hati itu, maka munafiklah kita.
No comments:
Post a Comment